Latest Posts

Senin, 07 April 2014




By Farah Dina Fithriyyah/ Semester 5/ International Relations Department FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

  Nowadays we are in a globalized world where science have been developed widely. Science nowadays has turned its face into many branches. One of them is a concern in exploring Islam and anything related to it, then includes amswering question of "What is Islam, how is its teaching, who are moslems, etc". Many communities talk about Islam, one of them is Islamic university students' community.
   If we refer to the theoritical meanings of Islam, it has been said that Islam is a religion which the teachings are given by Allah to humanbeing through Prophet Muhammad. Islam obviously delivered the teachings which does not include only a part of life but many parts of life. The resources of those teachings are the Holy al-Quran and Hadits. (Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I, UI Press, 2008, Jakarta)
   The most important Islamic teaching is Tawheed, as well as the other monoteism religions, the basic is the confession of The Only One God. Islam also teaches about Prophet Muhammad,the Holy al-Quran, Mu'min and Moslems, and so on. Those all are discussed in a science called Teology. Besides, there are some moslems who are not satisfied with ordinary way of "Ibadah" (prayer and many other forms of worshipping to God). Then they find a way to get very close to God which later it was called tasawwuf (arabic). This tasawwuf then created many Islamic group that we call as Tariqah, such Ahmadiah, Naksyabandia, Kadiria, and many others. (Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I, UI Press, 2008, Jakarta). So, Islam has its various forms.
   Islamic university students, such UIN Syarif Hidayatullah Jakarta students, absolutely have various perspective of Islam. We are open-minded in describing Islam. Not too much and not to less. Not extreme, not secular. Why? Because we are taught by our teachers and the books we read, that Islam has very wide scope or aspect, such teology, 'ibadah, mistism, history, falsafah, cultures, and so on. one point we need to highlight is that we should remember of ta'adudiyah ( unity in diversity ) and tawasuth ( moderate ). Why? Because we are living in Indonesia, a country with the people who have very various backround of religions, cultures, educations, ethnics, languages, and etc. We, indeed, realize that Islam nowadays should be able to colaborate with many the other world communities, so that we could compete with the leading-west. We should be tolerance with the others without leaving our Islamic teachings. Be Idealistic, but still respectful to the others. As intellectuals of UIN Syarif Hidayatullah studente we have a very urgent role to lead people on understanding Islam correctly.
   We should eradicate an understanding that Islam is all about terrorism anc violence. Islam is peace-loving identity. In practice, we apply it to our major studies, for example International Relations students of FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta combine the global politics and Islamic politic knowledge. In the result, we would be the future diplomats or leaders who put great attention to Islam and able to bring Islam to a glory, Islam as Dinul Hadlor ( developed religion ), just like in the past when Prophet Muhammad's glorious era.

Islam in perspectives of Islamic University Students.




By Farah Dina Fithriyyah/ Semester 5/ International Relations Department FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

  Nowadays we are in a globalized world where science have been developed widely. Science nowadays has turned its face into many branches. One of them is a concern in exploring Islam and anything related to it, then includes amswering question of "What is Islam, how is its teaching, who are moslems, etc". Many communities talk about Islam, one of them is Islamic university students' community.
   If we refer to the theoritical meanings of Islam, it has been said that Islam is a religion which the teachings are given by Allah to humanbeing through Prophet Muhammad. Islam obviously delivered the teachings which does not include only a part of life but many parts of life. The resources of those teachings are the Holy al-Quran and Hadits. (Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I, UI Press, 2008, Jakarta)
   The most important Islamic teaching is Tawheed, as well as the other monoteism religions, the basic is the confession of The Only One God. Islam also teaches about Prophet Muhammad,the Holy al-Quran, Mu'min and Moslems, and so on. Those all are discussed in a science called Teology. Besides, there are some moslems who are not satisfied with ordinary way of "Ibadah" (prayer and many other forms of worshipping to God). Then they find a way to get very close to God which later it was called tasawwuf (arabic). This tasawwuf then created many Islamic group that we call as Tariqah, such Ahmadiah, Naksyabandia, Kadiria, and many others. (Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I, UI Press, 2008, Jakarta). So, Islam has its various forms.
   Islamic university students, such UIN Syarif Hidayatullah Jakarta students, absolutely have various perspective of Islam. We are open-minded in describing Islam. Not too much and not to less. Not extreme, not secular. Why? Because we are taught by our teachers and the books we read, that Islam has very wide scope or aspect, such teology, 'ibadah, mistism, history, falsafah, cultures, and so on. one point we need to highlight is that we should remember of ta'adudiyah ( unity in diversity ) and tawasuth ( moderate ). Why? Because we are living in Indonesia, a country with the people who have very various backround of religions, cultures, educations, ethnics, languages, and etc. We, indeed, realize that Islam nowadays should be able to colaborate with many the other world communities, so that we could compete with the leading-west. We should be tolerance with the others without leaving our Islamic teachings. Be Idealistic, but still respectful to the others. As intellectuals of UIN Syarif Hidayatullah studente we have a very urgent role to lead people on understanding Islam correctly.
   We should eradicate an understanding that Islam is all about terrorism anc violence. Islam is peace-loving identity. In practice, we apply it to our major studies, for example International Relations students of FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta combine the global politics and Islamic politic knowledge. In the result, we would be the future diplomats or leaders who put great attention to Islam and able to bring Islam to a glory, Islam as Dinul Hadlor ( developed religion ), just like in the past when Prophet Muhammad's glorious era.

0 komentar:

Terimakasih... Semoga bermanfaat :)




Oleh : Ridwan Akbar
    Jika ide merupakan titik tolak lahirnya sebuah perubahan besar, maka ide tersebut harus dijembatani oleh semangat jiwa dan tindakan yang bersifat kontinyu (istimror). Karena ide merupakan eksekusi awal, maka kita perlu eksekusi selanjutnya. Jangan sampai cita-cita kita berhenti hanya pada sebuah gagasan. Bagaikan proyek jalanan hasil korupsi. Dari luar terlihat kokoh, setelah digunakan cepat rapuh dan keropos.
     Kampus lahir menjadi lokomotif mengasyikkan bagi para cendekiawan. Orang satu golongan, bahkan yang bersebrangan dengan kita pun akan sering kita temui. Untuk kawan satu golongan, perlu sering-sering kita ajak komunikasi. Membuka kajian, diskusi ringan, ngobrol-ngobrol, atau mungkin kita ajak sekedar jalan-jalan. Dan untuk orang yang bersebrangan dengan kita, cukup jadikan mereka LAWAN bukan MUSUH. Jika lawan, maka orientasi kita hanya pada tataran kompetisi. Berbeda dengan musuh, sudah dari awal tabiat kita “meniadakan” mereka. Karena lawan ya lawan, tetap berkomunikasi walaupun orientasi kita berkompetisi. Fastabiqul khoirot. Seperti sabda rasul mengatakan :
       Cintailah kekasihmu seperlunya, karena bisa jadi ia menjadi orang yang kamu benci suatu hari. Bencilah orang yang kamu benci seperlunya, karena bisa jadi ia menjadi kekasihmu suatu hari (H.R.Tirmidzi)
       Jika teman-teman amati, negeri idaman yang sering kita sebut dengan negeri madani pada zaman rasul itu hebat sekali. Didalam suatu wilayah, terdapat keberagaman etnis dan Agama. Tidak ribut, semua berdampingan, semuanya nyaman dibawah kepemimpinan Islam. Hal itu tercipta  tidak terlepas dari “pesona kepribadian” pemimpinnya. Itulah Rasulullah, entah kawan, lawan, bahkan musuh sekalipun. Semuanya nyaman berada di sisi beliau.
       Mungkin ini yang harus menjadi narasi perjuangan para pembawa idealisme. Ideologi kita boleh berbeda, pemahaman fiqih kita boleh tidak sepaham, tetapi orang lain nyaman berada disisi kita. Karena dengan keteladanan yang elok seperti ini, maka cita-cita besar yang ingin kita ciptakan akan banyak yang mendengarkan. Dan itu mempermudah terciptanya keberhasilan.

Narasi Perjuangan




Oleh : Ridwan Akbar
    Jika ide merupakan titik tolak lahirnya sebuah perubahan besar, maka ide tersebut harus dijembatani oleh semangat jiwa dan tindakan yang bersifat kontinyu (istimror). Karena ide merupakan eksekusi awal, maka kita perlu eksekusi selanjutnya. Jangan sampai cita-cita kita berhenti hanya pada sebuah gagasan. Bagaikan proyek jalanan hasil korupsi. Dari luar terlihat kokoh, setelah digunakan cepat rapuh dan keropos.
     Kampus lahir menjadi lokomotif mengasyikkan bagi para cendekiawan. Orang satu golongan, bahkan yang bersebrangan dengan kita pun akan sering kita temui. Untuk kawan satu golongan, perlu sering-sering kita ajak komunikasi. Membuka kajian, diskusi ringan, ngobrol-ngobrol, atau mungkin kita ajak sekedar jalan-jalan. Dan untuk orang yang bersebrangan dengan kita, cukup jadikan mereka LAWAN bukan MUSUH. Jika lawan, maka orientasi kita hanya pada tataran kompetisi. Berbeda dengan musuh, sudah dari awal tabiat kita “meniadakan” mereka. Karena lawan ya lawan, tetap berkomunikasi walaupun orientasi kita berkompetisi. Fastabiqul khoirot. Seperti sabda rasul mengatakan :
       Cintailah kekasihmu seperlunya, karena bisa jadi ia menjadi orang yang kamu benci suatu hari. Bencilah orang yang kamu benci seperlunya, karena bisa jadi ia menjadi kekasihmu suatu hari (H.R.Tirmidzi)
       Jika teman-teman amati, negeri idaman yang sering kita sebut dengan negeri madani pada zaman rasul itu hebat sekali. Didalam suatu wilayah, terdapat keberagaman etnis dan Agama. Tidak ribut, semua berdampingan, semuanya nyaman dibawah kepemimpinan Islam. Hal itu tercipta  tidak terlepas dari “pesona kepribadian” pemimpinnya. Itulah Rasulullah, entah kawan, lawan, bahkan musuh sekalipun. Semuanya nyaman berada di sisi beliau.
       Mungkin ini yang harus menjadi narasi perjuangan para pembawa idealisme. Ideologi kita boleh berbeda, pemahaman fiqih kita boleh tidak sepaham, tetapi orang lain nyaman berada disisi kita. Karena dengan keteladanan yang elok seperti ini, maka cita-cita besar yang ingin kita ciptakan akan banyak yang mendengarkan. Dan itu mempermudah terciptanya keberhasilan.

0 komentar:

Terimakasih... Semoga bermanfaat :)




Oleh  : Ridwan Akbar HI 5A
Air itu tak kenal lelah, diketinggian apapun ia berada. Air juga tak pernah berhenti, sebesar apapun dinding yang menghadang. Jika lurus tidak bisa, maka ia akan berbelok. Jika belok tidak bisa, maka ia akan mencari celah ke atas/bawah. Jika tidak bisa juga, air akan mendobrak dengan arus yang besar. Air begitu kokoh, karena air tidak pernah kehilangan harapan.
Laiknya air dengan semangatnya yang luar biasa, aktivis dakwah juga perlu meneladani pergerakan air. Aktivis dakwah dengan prestasi segudang itu wajar. Aktivis dakwah cenderung bisa memposisikan dirinya dengan kegiatan yang bermanfaat, disaat teman sebayanya “sibuk bersenang-senang”. Aktivis dakwah punya kesabaran yang panjang, karena orientasi mereka ialah janji allah. Kita bisa meneladani karakter air pada kisah Umar bin Abdul Azis.
Mujahid berkata,”Umar bin Abdul Azis berkata kepadaku,”Apa yang dikatakan orang-orang tentangku?” Aku berkata,”Mereka mengatakan bahwa anda terkena sihir.”Dia berkata,”Aku tidak terkena sihir, sesungguhnya aku tahu saat diberi minuman beracun.” Sang khalifah kemudian memanggil budaknya lantas berkata kepadanya,”Celakalah kamu! Apa yang membuatmu tega memberikan minuman beracun kepadaku?” Sang budak menjawab,” Aku mendapat seribu dinar dan dimerdekakan.” Dia berkata,”mana uang itu” Budak itu datang mengambil dan memberikan uang tersebut, kemudian Umar bin Abdul Azis menaruhnya diBaitul Mal. Selanjutnya Umar berkata,”pergilah kamu ke tempat yang sekiranya tidak diketahui oleh seorang pun.
Begitulah kebajikan khalifah Umar bin Abdul Azis dipenghujung hidupnya. Tidak hanya memaafkan budaknya, sang khalifah masih memikirkan nasib budaknya. Karena Air, aktivis dakwah, dan Umar bin Abdul Azis ialah sumber kehidupan. Tidak gentar ketika dihina, tidak mudah terbuai ketika mendapat pujian. Menjadi sumber inspirasi bagi motivasi kehidupan. Memberi, memberi, dan terus memberi.

Filosofi Air




Oleh  : Ridwan Akbar HI 5A
Air itu tak kenal lelah, diketinggian apapun ia berada. Air juga tak pernah berhenti, sebesar apapun dinding yang menghadang. Jika lurus tidak bisa, maka ia akan berbelok. Jika belok tidak bisa, maka ia akan mencari celah ke atas/bawah. Jika tidak bisa juga, air akan mendobrak dengan arus yang besar. Air begitu kokoh, karena air tidak pernah kehilangan harapan.
Laiknya air dengan semangatnya yang luar biasa, aktivis dakwah juga perlu meneladani pergerakan air. Aktivis dakwah dengan prestasi segudang itu wajar. Aktivis dakwah cenderung bisa memposisikan dirinya dengan kegiatan yang bermanfaat, disaat teman sebayanya “sibuk bersenang-senang”. Aktivis dakwah punya kesabaran yang panjang, karena orientasi mereka ialah janji allah. Kita bisa meneladani karakter air pada kisah Umar bin Abdul Azis.
Mujahid berkata,”Umar bin Abdul Azis berkata kepadaku,”Apa yang dikatakan orang-orang tentangku?” Aku berkata,”Mereka mengatakan bahwa anda terkena sihir.”Dia berkata,”Aku tidak terkena sihir, sesungguhnya aku tahu saat diberi minuman beracun.” Sang khalifah kemudian memanggil budaknya lantas berkata kepadanya,”Celakalah kamu! Apa yang membuatmu tega memberikan minuman beracun kepadaku?” Sang budak menjawab,” Aku mendapat seribu dinar dan dimerdekakan.” Dia berkata,”mana uang itu” Budak itu datang mengambil dan memberikan uang tersebut, kemudian Umar bin Abdul Azis menaruhnya diBaitul Mal. Selanjutnya Umar berkata,”pergilah kamu ke tempat yang sekiranya tidak diketahui oleh seorang pun.
Begitulah kebajikan khalifah Umar bin Abdul Azis dipenghujung hidupnya. Tidak hanya memaafkan budaknya, sang khalifah masih memikirkan nasib budaknya. Karena Air, aktivis dakwah, dan Umar bin Abdul Azis ialah sumber kehidupan. Tidak gentar ketika dihina, tidak mudah terbuai ketika mendapat pujian. Menjadi sumber inspirasi bagi motivasi kehidupan. Memberi, memberi, dan terus memberi.

0 komentar:

Terimakasih... Semoga bermanfaat :)

Minggu, 06 April 2014




kamut muslimah




0 komentar:

Terimakasih... Semoga bermanfaat :)















0 komentar:

Terimakasih... Semoga bermanfaat :)






PEMBATAS BUKU






0 komentar:

Terimakasih... Semoga bermanfaat :)









0 komentar:

Terimakasih... Semoga bermanfaat :)








MUSLIM SHOWS








0 komentar:

Terimakasih... Semoga bermanfaat :)





ditengah kebisingan kota aku merasa sangat resah
jalan yang begitu banyak melintang ku telusuri satu persatu
hingga terhenti di suatu tempat
kaki yang tadinya melangkah menysuri batu-batu kerikil
kepala yang kepanasan menahan panasnya terik matahari
tiba-tiba semuanya hilang
karna aku melihat sebuah pohon yang rindang
disanalah…..,ya disanalah tempat persinggahan itu
yang aku berdiam dan mengabdi disana
mencakar tanah dengan sepuluh jari tangan ini
mencari dan mencari akar tunggang
sebagai pondasi aku berdiri dan bertahan dengan kokoh laksana akar tunggang itu
tapi sampai saat ini akar itu belum ku dapatkan seutuhnya
air mata ini jatuh bercucuran menangisi tangan dan jari- jemari yang tergores dan berdarah
hati yang resah semakin bertanya-tanya,kapan semua itu akan ku raih?
akan jadi apakah aku kelak?
hati yang tenang menjawab dokter, dosen, pejabat tinggi, guru
ataukah jadi pemulung yang mengorek-ngorek sampah?
hati terpecah belah, pikiran ini bercabang dan menerawang
tapi aku tetap bertekad, tempat ini bagaikan pohon tempat berlindung
ilmu ini bagai pondasi yang kokoh bak akar tunggang itu
yang akan menerangi langkah ini meraih impian yang selama ini tertanam dalam jiwa
di sini……ya disinilah akarnya, disinilah tempatnya impian itu akan berawal
pohon itu…akar itu…pondasi itu…adalah
kampusku, kampus sejuta cerita

by: mahasiswa di kampus sejuta cerita

Permulaan Mimpi





ditengah kebisingan kota aku merasa sangat resah
jalan yang begitu banyak melintang ku telusuri satu persatu
hingga terhenti di suatu tempat
kaki yang tadinya melangkah menysuri batu-batu kerikil
kepala yang kepanasan menahan panasnya terik matahari
tiba-tiba semuanya hilang
karna aku melihat sebuah pohon yang rindang
disanalah…..,ya disanalah tempat persinggahan itu
yang aku berdiam dan mengabdi disana
mencakar tanah dengan sepuluh jari tangan ini
mencari dan mencari akar tunggang
sebagai pondasi aku berdiri dan bertahan dengan kokoh laksana akar tunggang itu
tapi sampai saat ini akar itu belum ku dapatkan seutuhnya
air mata ini jatuh bercucuran menangisi tangan dan jari- jemari yang tergores dan berdarah
hati yang resah semakin bertanya-tanya,kapan semua itu akan ku raih?
akan jadi apakah aku kelak?
hati yang tenang menjawab dokter, dosen, pejabat tinggi, guru
ataukah jadi pemulung yang mengorek-ngorek sampah?
hati terpecah belah, pikiran ini bercabang dan menerawang
tapi aku tetap bertekad, tempat ini bagaikan pohon tempat berlindung
ilmu ini bagai pondasi yang kokoh bak akar tunggang itu
yang akan menerangi langkah ini meraih impian yang selama ini tertanam dalam jiwa
di sini……ya disinilah akarnya, disinilah tempatnya impian itu akan berawal
pohon itu…akar itu…pondasi itu…adalah
kampusku, kampus sejuta cerita

by: mahasiswa di kampus sejuta cerita

0 komentar:

Terimakasih... Semoga bermanfaat :)

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Total Tayangan Halaman

Pages - Menu

Flickr Images

Popular Posts

About

Flickr Gallery

Popular Posts

back to top