1.
Apa itu amniah? Mengapa
amniah dibutuhkan dalam dakwah?
2.
Jelaskan dakwah dari
segi kaderisasi, syiar, politik, dan akademi profetik?
Amniah berdasarkan etimologi berasal
dari bahasa arab amaanah yang berarti sesuatu yang bersifat tsiqoh (kepercayaan),
kejujuran, dan loyalitas. Dalam amniah dapat diilhami beberapa hal yang
dipandang sebagai unsur pokok di mana sangat mempengaruhi kualitas amniah itu
sendiri. Beberapa unsur pokok tersebut antara lain adalah :
1.
Kepercayaan
2.
Ketegasan &
Loyalitas
3.
Kejujuran
4.
Memperjuangkan haq
(kebenaran)
5.
Menjaga keluhuran akhlak
Jika dilihat berdasarkan unsur pokok
amniah, tentulah ia menjadi pondasi utama yang sangat mempengaruhi proses dalam
kinerja dakwah. Jika dijabarkan lebih lanjut, maka kita dapat melihat betapa
pentinganya peran sebuah amniah dalam dakwah…
1.
Kepercayaan, bagaimana
sebuah dakwah dapat berjalan dengan baik apabila tidak terbangun sebuah
kepercayaan baik antara qiyadah dengan jundiyahnya ataupun sebaliknya. Sebuah
kepercayaan dalam dakwah akan dapat membentuk sebuah sinergitas dan kesatuan
dan menghasilkan kesolidan, yang mana dengan kesolidan ini akan menciptakan
satu visi, misi, dengan kerjasama yang terarah dan baik sehingga menghasilkan
sebuah kemenangan dakwah yang gemilang khususnya di kampus FISIP merah ini.
2.
Ketegasan, merupakan faktor
pendukung kelancaran dalam menjalankan program kerja yang berkaitan erat dalam
menjaga sebuah loyalitas. Sehingga, ketegasan sangat dibutuhkan untuk mengikat
kesatuan kerja antara qiyadah dan jundiyahnya.
3.
Kejujuran, merupakan
sebuah pondasi yang sangat potensial dalam amniah. Kejujuran juga dapat
dimaksudkan untuk menjaga kerahasiaan dalam sebuah kinerja dakwah. Jika
kerahasiaan tidak dapat dijaga maka lunturlah kejujuran itu dan jika sebuah
kejujuran tidak dapat ditegakkan, maka lunturlah amniah itu.
4.
Memperjuangkan haq,
merupakan salah satu tujuan dakwah dan suara keadilan yang dibangun dalam
pondasi amniah.
5.
Menjaga keluhuran
akhlak, merupakan sesuatu yang mutlak ada dalam amniah. Karena dengan menjaga
keluhuran akhlak, maka pelaksanaan amniah pun akan dapat terlaksana dengan
baik. Secara umum dapat dikatakan bahwa, akhlak menjadi watak amniah itu
sendiri. Jika akhlak seseorang baik maka amniahnya dapat terlaksana dengan baik
begitupula dengan dakwah yang dijalankannya. Sedangkan jika akhlak seseorang
buruk maka amniahnya tidak dapat terlaksana begitupula dengan dakwah yang
dijalankannya.
Dakwah sendiri dapat diartikan sebagai
sebuah ajakan kepada jalan Allah SWT dengan hikmah dan pengajaran yang baik
agar terhindar dari kesesatan dan kejahiliyahan menuju cahaya islam dengan
bersandar pada Al-Qur’an dan Sunnah. Secara umum, dakwah dapat dilakukan dalam
berbagai aspek, baik dari aspek kaderisasi, syiar, politik, maupun akademi
profetik. Dakwah juga dapat dilakukan secara luas, kapanpun dan di manapun. Sedangkan,
yang menjadi kekhususan dari dakwah di beberapa aspek tsb adalah bagaimana metode
dan proses dakwah yang dijalankan.
Dakwah dari segi kaderisasi misalnya, lebih
bersifat 1)perekrutan, 2)pembentukan melalui pembinaan dan pembekalan yang
dapat dilakukan dengan mentoring, seminar, rihlah, mabit, daurah, ta’lim
(kajian), dan mukhayyam (kemping); 3)penyediaan ladang amal, 4)pemantauan dan
5)penyiapan subjek kaderisasi.
Sedangkan dakwah dari segi syiar dapat
dikategorikan ke dalam media event dan media non-event. Media event meliputi
event-event besar yang bertujuan untuk menyampaikan dakwah secara lebih luas
dan menyeluruh dengan mengadakan kajian, seminar, festival dan agenda lainnya.
Sedangkan, untuk media non-event meliputi penyampaian dakwah di berbagai media
sosial seperti blog, facebook, twitter, atau menghasilkan karya tulis dakwah
seperti bulletin, madding, selebaran/brosur, dll.
Sedangkan dakwah dari segi politik
lebih berifat dinamis dan kompetitif. Mengapa demikian? Karena politik
merupakan suatu sarana yang dapat mempengaruhi ataupun menghasilkan suatu
kebijakan besar. Jika dalam kaderisasi dan syiar lebih cenderung mendakwahi
individu atau kelompok, maka dakwah dari segi politik lebih cenderung
mempengaruhi suatu entitas yang lebih besar, bahkan suatu negara. M. Natsir
misalnya, seorang politisi sekaligus tokoh dakwah merupakan salah seorang yang
berperan besar untuk memperjuangkan nilai-nilai islam dalam kehidupan bernegara.
Sebagaimana yang disampaikan beliau dalam bukunya “Agama dan Negara, Falsafah
dan Perjuangan Islam”, beliau berupaya untuk menegakkan cita-cita politik yang
ideal dengan merangkul semua kekuatan untuk membangun asas kebudayaan Islam
yang mendasar. Agar suatu dakwah dapat tersampaikan
dalam persaingan politik global, dakwah haruslah disesuaikan dengan medan
dakwah dan kemudian harus mampu bersaingan untuk masuk ke dalam medan dakwah
tersebut. Barulah suatu dakwah dapat tersampaikan dan diterima secara luas
melalui kebijakan-kebijakan di medan politik yang telah ‘terkontaminasi oleh para
kader dakwah’ yang bertujuan untuk amar ma’ruf nahi munkar. Sepertihalnya,
kebijakan pengharaman merokok di Padang Panjang dan kewajiban menggunakan
jilbab di Aceh. Dan kebijakan-kebijakan politik lainnya yang bertemakan dakwah.
Dakwah dari segi akademi profetik
lebih cenderung mengedepankan metode dakwah sirah nabawiyah yang didasarkan
pada sejarah kenabian dan sunnah. Akademi profetik dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam menjalankan dakwah, sebagaimana metode tarbiyah yang dilakukan
oleh Rasulullah SAW kepada para sahabat. Firman Allah dalam QS. An-Nahl : 125,
yang artinya “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari Jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”
0 komentar:
Terimakasih... Semoga bermanfaat :)