Sejarah Islam di Cape Town sangat
menarik untuk disimak. Peninggalannya dapat dilihat dari beberapa makam atau
karamat dan masjid yang ada di sana. Cape Town berada di sisi selatan Provinsi
Western Cape, Afrika Selatan. Islam pertama kali masuk di kota ini pada
pertengahan 1600-1700-an melalui para politikus maupun ulama yang dibuang oleh
Belanda dari Indonesia dan Malaysia. Tak heran jika tempat ini juga dikenal
sebagai Cape Malay.
Di tempat ini terdapat beberapa makam
penting para ulama penyebar agama Islam yang disebut karamat. Terdapat sekitar
23 karamat di sekeliling Cape Town. Satu di antaranya yang sangat terkenal
adalah makam Syekh Yusuf, seorang ulama besar keponakan Raja Gowa yang di buang
Belanda dan mendirikan Kampung Makassar. Ajaran yang disampaikan Syekh Yusuf
bahkan diakui oleh Nelson Mandela, sekaligus menginspirasinya untuk membebaskan
Afrika Selatan dari apartheid.
Sebuah karya tulis
bertajuk “Islamic History and Civilisation in South Africa: The Impact of
Colonialism, Apartheid, and Democracy” yang dilansir di laman
www.awqafsa.org.za juga menyebutkan soal peran Syekh Yusuf dari Makassar atau
Abidin Tadia Tjoessop yang datang pada 1694 sebagai tahanan politik. Ia bersama
keluarganya tinggal di sebuah lahan pertanian di Zandvliet, sekitar 50
kilometer dari Cape Town. Di sinilah, Syekh Yusuf pertama kali membangun sebuah
komunitas muslim. Dalam perkembangannya, terdapat 12 imam dalam komunitas ini.
Kemudian pada
1697, datang Raja Tambora dari Jawa yang tiba di kota ini dalam kondisi
dibelenggu rantai. Raja Tambora adalah orang pertama yang menulis Alquran di
Cape Town. Alquran ini kemudian diberikan sebagai hadiah kepada Gubernur Cape,
Simon van der Stel.
Sedangkan tahanan
negara dari Malaysia, Tuan Guru Imam Abdullah Kadi Abdus Salaam, yang datang
pada 6 April 1780 menjadi Muslim pertama yang mendorong pembangunan masjid
pertama di Cape Town. Hal ini karena sejak pertama kali kedatangan Muslim di
kota ini belum ada satu masjid pun yang didirikan.
0 komentar:
Terimakasih... Semoga bermanfaat :)